Minggu Desember 12, 2021. Login; Register; Berita; Olahraga; Hiburan; Lifestyle; Tekno Lirikdan Chord Lagu Rindu di Awan Biru. Lagu yang berjudul 'Rindu di Awan Biru' ini diciptakan dan dipopulerkan oleh Boy Shandy. Angin malam dingin mambaluik angan C G Hayo bulan ka tampek denai batenggang D G D Rindu hati kama dikadukan. G D Adiak surang jauah dari pandangan C G Antah bilo maso kito ka batamu C G Diawalnya aku tidak ingin serius Perbuatan angin malam Bulan sabit tanpa adanya awan Terus terdiam dan terus menunggu di tempat itu Berapa pun banyaknya bintang di sana Tak bisa jika itu bukan kau Satu-satunya bintangku Ku duduk di atas ayunan yang di taman Berkali-kali menatap daftar telepon yang masuk Hanya aku yang merasa berat cinta Fast Money. Angin dingin meniup mencekam di bulan Desember air hujan turun deras dan kejam hati berdebar kuteringat bayangan impian di malam itu malam yang kelabu kau ucapkan kata selamat tinggal sayang Bulan madu yang engkau janjikan semakin melayang lenyap hilang ditelan air hujan engkau tak datang Bulan ini Desember kedua aku menanti dua tahun sudah kusabar menanti ku dilanda sepi Angin dingin menusuk di hati terasa oh nyeri bulan madu tinggallah impian tanpa kenyataan Sinar cinta seterang rembulan kini pudar sudah Desember kelabu selalu menghantui setiap mimpiku Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. “Angin dingin meniup mencekam, di bulan Desember…..”Sebaris lirik lagu tempo doeloe yang dilantunkan Yuni Shara kembali terngiang demi menggambarkan aroma nestapa atas berbagai kabar menyedihkan beberapa minggu terakhir. Ya, beberapa menurut hitungan jemari saya. Kematian orang-orang yang dikenal, terutama seorang sahabat karib adalah satu dari rentetan kabar duka yang mewarnai sebelum kabar kecelakaan Air Asia QZ 8501. Sebuah tragedi yang menyedot perhatian dan menggoreskan satu lagi kisah sedih bagi siapa pun yang mendengar dan dan kematian sesungguhnya selalu terjadi setiap detiknya di muka bumi ini. Perihal sebab musabab kematian rupanya sekadar perantara saja. Toh kabarnya jatah hidup manusia memang tidak bisa ditambah ataupun dikurangi, semua telah tersurat di manusia pada Sang Pencipta selalu menorehkan duka mendalam terutama bagi orang-orang terkasih di sekelilingnya. Baik itu kematian sendirian maupun massal sebagaimana kecelakaan pesawat, semuanya sanggup menumpahkan air mata. Efeknya bisa sehari, seminggu, sebulan, setahun atau dalam jangka waktu yang tak tertentu. Namun akhirnya semua akan masuk menjadi kotak bernama KENANGAN’.Dan sungguh mengenang kejadian, peristiwa atau pun ucapan dia/mereka yang kini telah pergi menjadi sebuah hal menarik, terutama bagi kita orang-orang terdekatnya. Ini adalah sepotong kisah perjalanan saya memiliki sekumpulan sahabat lama. Teman sekelas selama 3 tahun berturut-turut di SMP dan atas perkenanNya, masih menjalin silaturahim dan kekerabatan yang amat kental hingga kini. Kami pun memiliki rekening bersama yang kami kelola untuk beberapa kegiatan sosial semacam beasiswa adik almamater dan Program Buku untuk Sekolahku dimana kami menyuplay buku-buku cerita/novel inspiratif yang kami kirimkan ke sekolah almamater. Berharap adik-adik kelas di desa sana berani bermimpi menjadi orang-orang sukses dan besar Jakarta ini, tepatnya di pinggiran Jakarta, di kediaman kami yang tak seberapa luasnya sering terjadi pertemuan alumni tahun ’90, khususnya kelas kami. Reuni kecil yang biasanya membahas mengenai pengelolaan dana bersama tersebut. Program pengelolaan dana bersama tersebut sesungguhnya adalah satu perantara untuk menyatukan kami. Dimana seiring berjalannya waktu, dan bergulirnya takdir yang membawa kami ke situasi yang bervariasi, dengan pilihan pekerjaan yang beraneka ragam, program tersebut nyata telah menjadi pemersatu jiwa dengan satu topik yang bisa dibahas bersama. Pun dengan bumbu emosional yang sekitar 3 minggu lalu, satu dari sahabat kami berpulang’ karena sakit. Amir Ahmad, sahabat kami yang terkenal pekerja keras, dan memiliki usaha toko kelontong cukup besar di Bekasi harus mendahului kami semua. Tersentak kami semua menghadapinya. Kesedihan mengalirkan air mata, menyesakkan dada. Innalillahiwa’inna ilaihirojiuun….Hanya satu kalimat tersendat yang terucap mendengar kenyataan yang terasa sebagai mimpi buruk di siang berganti minggu… dan sebentar lagi bulan akan bertukar tahun. Satu demi satu kami mengingat perbicangan yang pernah ada. Termasuk suatu hari ketika seorang sahabat lain berkata ; “Nek salah siji awake dhewe ono sing dipanggil sing gawe urip dhisik, yo liyane ngrenggo biaya sekolah anak-anake yo – Jika suatu hari salah satu di antara kita ada yang dipanggil menghadap Sang Pemberi Hidup, ya yang lain menanggung biaya sekolah/pendidikan anak-anaknya ya…”Waktu itu almarhum tertawa menyahut/menimpali ; “Yo aku mendingan mbiayai anakmu lah Jat….” yang disambut tawa lainnya. Topik-topik cukup serius yang sering kami lontarkan melalui guruan. Saat itu terdengar lucu karena urusan antrian kematian seolah bisa dipesan. Demikianlah canda dan tawa mewarnai pertemuan kami seolah waktu tak kan mampu merubah jiwa kami menua sebagaimana raga ini pada dalam pembahasan dengan para sahabat ini kami bergumam ; “Allah telah memberikan antrian sesuai kehendakNya. Dan Dia menagih janji, apakah kami sanggup melaksanakan itikad bersama yang pernah kami buat sebelumnya?”Semoga kami termasuk golongan orang-orang yang menepati janji. Karena jika kami ditanya, mau menghadap terlebih dulu ataukah diberi perpanjangan waktu untuk menambah bekal pulang dan mengurus/memperhatikan anak-anak yatim dari sahabat kami, maka kami pasti akan memilih yang 2014 telah menggoreskan kesyukuran, bahwa persahabatan hingga akhir masa adalah anugerah Allah yang tak terhingga. Kabar kematian demi kematian yang kita dengar semoga menjadi alarm terbaik untuk memperbaiki diri di tahun berikutnya. Selagi Dia masih memperkenankan kita menghirup nafas di semesta. Selagi mentari pagi masih bisa kita saksikan di setiap paginya. Semoga…semoga. Lihat Catatan Selengkapnya Chord Gitar Lirik dan Chord Desember Kelabu - Yuni Shara Angin dingin meniup mencekam di bulan Desember, Air hujan turun deras dan kejam, hati berdebar. Selasa, 30 November 2021 1317 WIB TRIBUNNEWS/JEPRIMALirik lagu dan chord gitar Desember Kelabu - Yuni Shara. - Lagu Desember Kelabu merupakan tembang kenangan populer yang dibawakan oleh Maharani Kahar dalam album keduanya bertajuk self-titled. Desember Kelabu dirilis pada 1982 di bawah naungan Yulia LL Records. Lagu ini populer setelah dinyanyikan Yuni Shara. Berikut Chord Desember Kelabu - Maharani Kahar Intro G Em C D 2x G C Bm G Am G D G DAngin dingin meniup mencekam di bulan Desember G D..C-BmAir hujan turun deras dan kejam, hati berdebar G CKu teringat bayangan impian di malam itu G D G D..C-BmMalam yang kelabu kau ucapkan kata s'lamat tinggal sayang G D Bulan madu yang engkau janjikan semakin melayang G D..C-Bm Lenyap hilang ditelan air hujan engkau tak datang G C Bulan ini Desember kedua aku menanti G D G Dua tahun sudah kusabar menanti ku dilanda sepiReff 1 D G Angin dingin menusuk di hati terasa oh nyeri A D Bulan madu tinggallah impian tanpa kenyataan G C Sinar cinta seterang rembulan kini pudar sudah G D G Desember kelabu s'lalu menghantui setiap mimpikuOvertune Intro G Fm C D 2x G C Cm G C Cm Bbm G D G D Bulan madu yang engkau janjikan semakin melayang Bbm D G D..C-Cm Lenyap hilang ditelan air hujan engkau tak datang G C Bulan ini Desember kedua aku menanti G D G Dua tahun sudah kusabar menanti ku dilanda sepiReff D G Angin dingin menusuk di hati terasa oh nyeri Bb D Bulan madu tinggallah impian tanpa kenyataan G C Sinar cinta seterang rembulan kini pudar sudah G D C Cm Bb G Desember kelabu s'lalu menghantui setiap mimpiku.......... Baca juga Chord Ayah - Koes Plus Ayah Rambutmu Tlah Memutih, Cermin Suka dan Sedih Baca juga Chord Gitar Lagu Mengapa Tiada Maaf - Yuni Shara Mengapa Tidakkah Kau Maafkan Baca juga Chord Gitar Lagu Mengenangmu - Kerispatih Biarlah Kusimpan Sampai Nanti Aku

lirik angin malam di bulan desember